TUGAS I MATA KULIAH FILSAFAT ILMU
I. PENDAHULUAN
Filsafat adalah induk semua ilmu, demikian kata para filosof. Pada awalnya, memang cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan ilmu. Ilmu hanya terbatas pada persoalan empiris saja, sedangkan filsafat mencakup objek empiris maupun non empiris. Namun, dalam perkembangannya filsafat berkembang menjadi bagian dari ilmu.
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Perkembangan selanjutnya dari satu sisi, ilmu berkembang pesat, di sisi lain timbul kekhawatiran yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu itu sendiri karena tak ada seorang pun atau lembaga yang memiliki otoritas untuk menghambat implikasi negative dari ilmu. John Naisbitt mengatakan bahwa era informasi menimbulkan gejala mabuk teknologi, yang ditandai dengan masyarakat yang lebih menyukai penyelesaian masalah secara detail, kilat dari masalah agama sampai masalah gizi, masyarakat takut dan sekaligus memuja teknologi, masyarakat mengaburkan perbedaan antara yang nyata dan semu, masyarakat menerima kekerasan sebagai sesuatu yang wajar, masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan dan masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.
Untuk masyarakat yang belum terbiasa dengan kehidupan ilmiah, suatu buku yang mencoba menerangkan filsafat ilmu pengetahuan secara popular, sangatlah bermanfaat. Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya. Mengetahui yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk, serta mana yang indah dan mana yang jelek. Dalam melakukan pilihan ini manusia berpaling pada pengetahuan, karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan ini secara sungguh-sungguh.
Manusia mengembangkan pengetahuannya mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup. Memikirkan hal-hal baru, menjelajah ufuk baru, karena hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup tapi lebih dari itu. Manusia mengembangkan kebudayaan, memberi makna pada kehidupan, “memanusiakan manusia”, yang hakikatnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi.
1. Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
2. Manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu dengan cepat dan mantap, dimana secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut dengan penalaran.
Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran memliki ciri-ciri tertentu, antara lain :
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika. Berpikir menurut pola tertentu dengan konotasi yang bersifat jamak dan buka plural.
2. Bersifat analitik, yang mempergunakan logika ilmiah, perlu pengkajian lebih jauh dan merupakan konsekuensi bahwa kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperative bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini, maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya dperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah, maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini sejogyanya kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut. Dengan jalan ini maka kita sampai pada hakikat sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai tujuan tertentu atau dengan perkataan lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Sarana berpikir ilmiah ini, dalam proses pendidikan kita merupakan bidang studi tersendiri. Artinya kita mempelajari sarana berpikir ilmiah ini seperti kita mempelajari berbagai cabang ilmu. Dalam hal ini, kita memperhatikan dua hal :
1. Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui salah satu karakteristik dari ilmu, umpamanya adalah penggunaan berpikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih tuntas dapat dikatakan bahwa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan metode ilmiah.
2. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-hari. Dalam hal ini, maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah. Atau secara sederhana, sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik. Jelaslah sekarang bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya, sebab fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.
Merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah, dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang yang berlandaskan logika induktif maupun induktif. Menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa yang tidak baik dan tidak benar.
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Tanpa komunikasi apakah manusia dapat bersosialisasi dan apakah manusia layak disebut sebagai makhluk social ?. Dengan kemampuan bahasa akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas baginya, sesuai dengan pernyataan Wittgenstein “Batas duniaku adalah batas bahasaku”
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Dalam hal ini maka Ernest Cassirer menyebut manusia sebagai manusia Animal symbolic, makhluk yang menggunakan symbol, yang secara generic mempunyai cakupan yang lebih luas dari Homo Sapiens yakni makhluk yang berpikir, sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia menggunakan symbol. Bloch dan Trager, senada dengan Joseph Broam menyatakan bahwa bahasa adalah suatu system yang berstruktur dari symbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok social sebagai alat bergaul satu sama lain.
1. Symbol-simbol : sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain
2. Symbol-simbol vocal : bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerjasama berbagai organ atau alat tubuh dengan system pernapasan
3. Symbol-simbol vocal arbitrer : arbitrer atau istilah “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya.
4. Suatu system yang berstruktur dari symbol-simbol yang arbitrer. Hubungan antara bunyi dan arti ternyata bebas dari setiap suara hati nurani, logika atau psikologi, namun kerjasama antara bunyi-bunyi itu sendiri, di dalam bahasa tertentu, ditandai oleh sejumlah konsistensi, ketetapan intern.
1. Kordinator kegiatan-kegiatan masyarakat
2. Penetapan pemikiran dan pengungkapan
3. Penyampaian pikiran dan perasaan
4. Penyenangan jiwa
5. Pengurangan goncangan jiwa
1. Regulatoris (memerintah dan perbaikan tingkah laku)
2. Interaksional (saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang)
3. Personal (mencurahkan perasaan dan pikiran)
4. Heuristic (mencapai tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya)
5. Imajinatif (mengungkapkan imajinasi dan gambaran tentang discovery)
6. Representasional (menggambarkan wawasan dan pemikiran serta menyampaikan)
1. Simbolik
2. Emotif
3. Afektif
Kekurangan bahasa pada hakikatnya terletak pada :
1. Peranannya bahasa itu sendiri yang bersifat multifungsi yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif dan simbolik
2. Arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahasa
3. Konotasi yang bersifat emosional
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir.
Aturan cara berpikir yang benar, antara lain :
1. Mencintai kebenaran
2. Ketahuilah dengan sadar apa yang anda sedang lakukan/kerjakan
3. Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda katakan
4. Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya
5. Cintailah defenisi yang tepat
6. Ketahuilah dengan sadar mengapa anda menyimpulkan begini atau begitu
7. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta sangguplah mengenali jenis, macam dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran (penalaran)
- Matematika
1. Matematika sebagai bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artificial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Alfred North Whitehead mengatakan bahwa “x itu sama sekali tidak berarti”
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan, untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa verbal, kita berpaling kepada matematika. Dalam hal ini, kita katakan bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Bahasa verbal hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif. Sedangkan sifat kuantitatif dari matematika merupakan daya prediktif dan control dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara tepat dan cermat.
2. Matematika sebagai sarana berpikir deduktif
Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti halnya yang terdapat didalam ilmu-ilmu empiric, melainkan didasarkan atas deduksi (penjabaran).
Secara deduktif, matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis tertentu, walaupun pengetahuan yang ditemukan ini sebenarnya bukanlah konsekuensi dari pernyataan-pernyataan ilmiah yang kita telah temukan sebelumnya. Meskipun “tak pernah ada kejutan dalam logika” (Ludwig Wittgenstein), namun pengetahuan yang didapatkan secara deduktif sangat berguna dan memberikan kejutan yang sangat menyenangkan. Dari beberapa premis yang kita telah ketahui, kebenarannya dapat diketemukan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang memperkaya perbendaharaan ilmiah kita.
- Statistika
Statistik diartikan sebagai keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh negara dan berguna bagi negara .
Secara etimologi, kata statistic berasal dari kata “status” (latin) yang punya persamaan arti dengan “state” (bahasa inggris) dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah Negara. Pada mulanya statistic diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu Negara. Perkembangannya, arti kata statistic hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja.
Secara terminology, dewasa ini istilah statistic terkandung berbagai macam pengertian :
1. Statistic kadang diberi pengertian sebagai data statistic yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan
2. Kegiatan statistic atau kegiatan perstatistikan atau kegiatan penstatistikan
3. Metode statistic yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan menganalisis dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian makna tertentu.
4. Ilmu statistk adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan secara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistic. Adapun metode dan prodesur yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam rangka :
a. Pengumpulan data angka
b. Penyusunan atau pengaturan data angka
c. Penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka
d. Penganalisaan terhadap data angka
e. Penarikan kesimpulan (conclusion)
f. Pembuatan perkiraan (estimation)
g. Penyusunan ramalan (prediction) secara ilmiah
Dalam kamus ilmiah popular, kata statistick berarti table, grafik, data informasi, angka-angka, informasi. Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis dan klarifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi. Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.
Peranan Statistika
Statiska bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Metode keilmuan, sejauh apa yang menyangkut metode, sebenarnya tak lebih dari apa yang dilakukan seseorang dalam mempergunakan pikiran-pikiran tanpa ada sesuatu pun yang membatasinya.
Penguasaan statistika mutlak diperlukan untuk dapat berpikir ilmiah dengan sah sering kali dilupakan orang. Berpikir logis secara deduktif sering sekali dikacaukan dengan berpikir logis secara induktif. Kekacauan logika inilah yang menyebabkan kurang berkembangnya ilmu dinegara kita. Kita cenderung untuk berpikir logis cara deduktif dan menerapkan prosedur yang sama untuk kesimpulan induktif.
Untuk mempercepat perkembangan kegiatan keilmuan dinegara kita maka penguasaan berpikir induktif dengan statistika sebagai alat berpikirnya harus mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Dalam perjalanan sejarah, statistika memang sering mendapat tempat yang kurang layak. Statistika sebagai disiplin keilmuwan sering dikacaukan dengan statistika yang berupa data yang dikumpulkan.
Statistika merupakan sarana berpikir yang diperluaskan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, maka statistika membantu kita untuk mengeneralisasikan dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.
Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan cara dan berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik.